Thursday, 1 August 2013
jagung hasil dari perubahan genetik
Warna jagung yang indah ini bukan hasil modifikasi foto gan. Jenis jagung ini bernama Glass Gem Corn . Jagung yang dapat dikonsumsi ini dibudidayakan selama tahunan oleh “pakar jagung” Carl Barnes. Bapak berusia 80-an tahun ini menetap di Oklahoma, Amerika Serikat.
Biji jagung memang biasanya berwarna kuning. Namun sebuah perusahaan benih di Amerika Serikat telah melempar ke pasar jagung yang bijinya berwarna-warni. Ini adalah Glass Gem Corn (Jagung Gem Kaca), salah satu varietas jagung yang dihasilkan Seeds Trust’s, salah satu perusahaan benih terbesar di Amerika. Mungkin tak banyak yang bisa mempercayai adanya jagung bewarna pelangi ini. Tapi dengan sedikit permainan genetika, perusahaan ini dapat menghasilkan beragam warna selain warna kuning pada umumnya.
Unik dan menarik, karena warna bijinya beragam seperti pelangi, dari kuning emas, biru, merah, putih, bahkan hijau. Mengupas kulit buah jagung ini seperti membuka bungkusan kado yang berisi hadiah indah warna-warni
Yang tidak kalah menarik, jagung ini juga bisa dimakan dan kandungan nutrisinya tidak berbeda dengan jagung biasanya gan.
Awalnya perusahaan ini mendapat bibit Glass gem corn ini dari Greg Schoen, seorang penjual benih yang mendapatkan benih jagung tersebut dari Carl Barnes seorang pria Oklahoma yang juga seorang ahli tanaman jagung. Ketika mengembangkan tanaman ini di kebunnya, Schoen kaget karena ternyata jagung yang ditanam bisa tumbuh dan menghasilkan jagung sama seperti yang ditanam Carl Barnes.
Melihat keunikan jagung ini, Seeds Trustis kemudian menanam benih jagung ini di lahan yang lebih luas. Pada awal penanaman, tidak ada sesuatu yang berbeda yang dilakukan perusahaan ini. Namun beberapa kali perusahaan ini mencoba menanam bibit jagung dengan gen warna yang berbeda, sehingga akhirnya Glass Gem Corn bisa berwarna seperti sekarang ini. Keberhasilan ini diharapkan bisa menyebar keseluruh dunia, dan bisa menjadi inspirasi untuk melahirkan berbagai varietas tanaman baru yang unik dan bermanfaat bagi manusia.
Ballpoin Astronot
Agan-agan pasti tau film Bollywood yang judulnya 3 IDIOT. Nah, di sana Si Virus kan punya pulpen yang katanya khusus buat dipake di luar angkasa. Tapi mungkin banyak dari agan-agan yang belum tau asal-usul pulpen tersebut.
Sebelum menggunakan bolpen khusus, para antariksawan atau astronot memakai pensil karbon biasa karena bolpen biasa tidak akan bisa digunakan akibat tekanan vakum yang bisa menyedot habis tintanya.
Bolpen khusus ruang angkasa itu dirancang oleh Paul C. Fisher, pada bulan juli 1966. Uji coba yang dilakukan meliputi kondisi di bawah air, ruang tanpa bobot dan tekanan hampa. Bolpen pertama kali diuji oleh Dr Robert Gilruth, Direktur NASA, di Houston, Texas. Pada tahun 1967, bolpen lulus ujian dan dipilih untuk digunakan oleh para astronot Apollo.
Agar tinta bolpen tidak habis tersedok vakum luar angkasa, maka dari itu tinta dibuat dari bahan rumit. Misalnya, thixotropic, solid-gel ink, cohesive, adhesive dan visco-elastis (bentuknya seperti permen karet). Tinta ini mampu melawan tekanan hampa di luar angkasa. Tinta dijamin tidak akan kering selama 100 tahun.
Masih tentang bolpen, karet sealant-nya ekstra keras dan rapat untuk menahan tinta tak tersedot oleh tekanan vakum. Tapi disisi lain, tinta harus bisa dikeluarkan bila bolpen digunakan. Karet ini diriset dan direkomendasi oleh NASA. Untuk mendorong agar tinta keluar, di tabungnya yang berukuran setengah jari kelingking itu diisi gas Nitrogen berkekuatan 3,139 kg/cm, gas yang dipakai untuk peredam kejut dan ban mobil balap F-1. Pada suhu beku -15,12 derajat Celsius atau panas 662,4 derajat Celsius, pena tetap berfungsi.
Sementara itu, ujung pena terbuat dari stainless steel (baja tahan karat) berbentuk bola yang akan berputar seirama pena digerakkan. Tinta thixontropic yang menempel di bola baja ini sangat halus sehingga mampu menyelip diantara karet sealant viscoelastic. Walaupun halus, tinta ini mampu tetap tegas terbaca dan hampir tidak tergantung dalam kondisi apapun dimana bolpen ini bisa dipakai.
Ini dia Bolpennya para Astronot
Sebelum menggunakan bolpen khusus, para antariksawan atau astronot memakai pensil karbon biasa karena bolpen biasa tidak akan bisa digunakan akibat tekanan vakum yang bisa menyedot habis tintanya.
Bolpen khusus ruang angkasa itu dirancang oleh Paul C. Fisher, pada bulan juli 1966. Uji coba yang dilakukan meliputi kondisi di bawah air, ruang tanpa bobot dan tekanan hampa. Bolpen pertama kali diuji oleh Dr Robert Gilruth, Direktur NASA, di Houston, Texas. Pada tahun 1967, bolpen lulus ujian dan dipilih untuk digunakan oleh para astronot Apollo.
Agar tinta bolpen tidak habis tersedok vakum luar angkasa, maka dari itu tinta dibuat dari bahan rumit. Misalnya, thixotropic, solid-gel ink, cohesive, adhesive dan visco-elastis (bentuknya seperti permen karet). Tinta ini mampu melawan tekanan hampa di luar angkasa. Tinta dijamin tidak akan kering selama 100 tahun.
Masih tentang bolpen, karet sealant-nya ekstra keras dan rapat untuk menahan tinta tak tersedot oleh tekanan vakum. Tapi disisi lain, tinta harus bisa dikeluarkan bila bolpen digunakan. Karet ini diriset dan direkomendasi oleh NASA. Untuk mendorong agar tinta keluar, di tabungnya yang berukuran setengah jari kelingking itu diisi gas Nitrogen berkekuatan 3,139 kg/cm, gas yang dipakai untuk peredam kejut dan ban mobil balap F-1. Pada suhu beku -15,12 derajat Celsius atau panas 662,4 derajat Celsius, pena tetap berfungsi.
Sementara itu, ujung pena terbuat dari stainless steel (baja tahan karat) berbentuk bola yang akan berputar seirama pena digerakkan. Tinta thixontropic yang menempel di bola baja ini sangat halus sehingga mampu menyelip diantara karet sealant viscoelastic. Walaupun halus, tinta ini mampu tetap tegas terbaca dan hampir tidak tergantung dalam kondisi apapun dimana bolpen ini bisa dipakai.
Ini dia Bolpennya para Astronot
lmuwan Ini Mengaku Dapat Menghidupkan Orang Mati
Sam Parnia, 41, dokter ilmuwan di Kedokteran Universitas Stony Brook, New York, Amerika Serikat mengaku bisa menghidupkan orang yang baru saja meninggal.
Dalam bukunya Menghapus Kematian dia mengatakan: Kita bisa menyelamatkan orang dari kematian selama beberapa jam, atau bahkan lebih lama setelah mereka benar-benar meninggal," seperti dilansir majalah Der Spiegel, dua hari lalu.
Menurut Parnia, dalam satu dekade terakhir ilmu kedokteran telah menunjukkan banyak kemajuan. Dengan obat-obatan saat ini, manusia bisa dihidupkan selama dua jam, bahkan lebih lama setelah jantung mereka berhenti berdetak.
"Di masa depan kita bisa saja menyuntikkan obat yang bisa memperlambat proses kematian sel di otak atau organ lain," kata dia.
Ketika Parnia masih mahasiswa 20 tahun lalu, seorang pasien yang dia kenal dekat meninggal. Peristiwa itu mendorong dia untuk mengetahui proses kematian dan mencoba melawannya.
Dalam bukunya Menghapus Kematian dia mengatakan: Kita bisa menyelamatkan orang dari kematian selama beberapa jam, atau bahkan lebih lama setelah mereka benar-benar meninggal," seperti dilansir majalah Der Spiegel, dua hari lalu.
Menurut Parnia, dalam satu dekade terakhir ilmu kedokteran telah menunjukkan banyak kemajuan. Dengan obat-obatan saat ini, manusia bisa dihidupkan selama dua jam, bahkan lebih lama setelah jantung mereka berhenti berdetak.
"Di masa depan kita bisa saja menyuntikkan obat yang bisa memperlambat proses kematian sel di otak atau organ lain," kata dia.
Ketika Parnia masih mahasiswa 20 tahun lalu, seorang pasien yang dia kenal dekat meninggal. Peristiwa itu mendorong dia untuk mengetahui proses kematian dan mencoba melawannya.
Kulit pisang bisa di olah menjadi TISU
Pisang memang benar-benar tumbuhan multi guna. Sebuah penemuan baru dari Univeristas Negeri Yogyakarta bisa menyulap kulit pisang jadi bahan baku pembuatan tisu.
Ridhani, ketua tim peneliti dari Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta memberi alasan pemilihan kulit pisang, "Kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa, merupakan bahan pembuatan tisu."
Selain itu, menurut dia, kulit pisang juga memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan lemak yang cukup baik, sehingga memiliki banyak manfaat untuk kulit, seperti menghilangkan jerawat dan kutil kecil, menyembuhkan psoriasis, dan membantu luka menjadi kering lebih cepat.
Proses pembuatan
Kulit pisang dicuci bersih dengan akuades, kemudian diiris kecil-kecil dengan pisau sesuai dengan kebutuhan. Ketika mengiris kulit pisang sebaiknya mengenakan sarung tangan.
Selanjutnya semua irisan kulit pisang dikeringkan dengan sinar matahari di atas nyiru, kemudian mencampurkan kulit pisang kering, air, dan kristal NaOH dalam panci.
Proses selanjutnya adalah merebus campuran bahan-bahan tersebut dalam panci besar sekitar 1,5 jam, kemudian menghilangkan NaOH dengan mencuci sampai bersih agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Lalu direndam dengan larutan kaporit selama satu jam, dicuci lagi dengan air bersih hingga bau kaporit hilang. Akhirnya menghaluskan adonan lunak tersebut dengan blender.
Proses selanjutnya mencampurkan talcum sebanyak 1,5 kilogram dalam adonan dan mengencerkan adonan atau "pulp" agar dapat diproduksi kertas yang tipis, kemudian adonan halus itu dituangkan ke dalam baskom lebar.
"Letakkan spons di atas meja, kemudian menaruh kain yang sudah dibasahi di atasnya, menyaring campuran (jangan terlalu tebal) di baskom memakai 'screen' sablon," papar Jovita.
Selanjutnya, meletakkan "screen" sablon di atas spon yang sudah dilapisi kain dengan posisi terbalik, menggosok sedikit "screen" dan mengangkatnya dengan hati-hati, kemudian menutup dengan kain yang sudah dibasahi, menambah satu lapis lagi kain basah.
Kemudian angkat sepasang demi sepasang dan menjemur di tempat yang panas. Lalu setrika sepasang demi sepasang dan membuka kainnya secara perlahan. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji ketahanan tarik, uji ketebalan, dan gramatur atau berat dasar kertas tisu.
Ridhani, ketua tim peneliti dari Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta memberi alasan pemilihan kulit pisang, "Kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa, merupakan bahan pembuatan tisu."
Selain itu, menurut dia, kulit pisang juga memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan lemak yang cukup baik, sehingga memiliki banyak manfaat untuk kulit, seperti menghilangkan jerawat dan kutil kecil, menyembuhkan psoriasis, dan membantu luka menjadi kering lebih cepat.
Proses pembuatan
Kulit pisang dicuci bersih dengan akuades, kemudian diiris kecil-kecil dengan pisau sesuai dengan kebutuhan. Ketika mengiris kulit pisang sebaiknya mengenakan sarung tangan.
Selanjutnya semua irisan kulit pisang dikeringkan dengan sinar matahari di atas nyiru, kemudian mencampurkan kulit pisang kering, air, dan kristal NaOH dalam panci.
Proses selanjutnya adalah merebus campuran bahan-bahan tersebut dalam panci besar sekitar 1,5 jam, kemudian menghilangkan NaOH dengan mencuci sampai bersih agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Lalu direndam dengan larutan kaporit selama satu jam, dicuci lagi dengan air bersih hingga bau kaporit hilang. Akhirnya menghaluskan adonan lunak tersebut dengan blender.
Proses selanjutnya mencampurkan talcum sebanyak 1,5 kilogram dalam adonan dan mengencerkan adonan atau "pulp" agar dapat diproduksi kertas yang tipis, kemudian adonan halus itu dituangkan ke dalam baskom lebar.
"Letakkan spons di atas meja, kemudian menaruh kain yang sudah dibasahi di atasnya, menyaring campuran (jangan terlalu tebal) di baskom memakai 'screen' sablon," papar Jovita.
Selanjutnya, meletakkan "screen" sablon di atas spon yang sudah dilapisi kain dengan posisi terbalik, menggosok sedikit "screen" dan mengangkatnya dengan hati-hati, kemudian menutup dengan kain yang sudah dibasahi, menambah satu lapis lagi kain basah.
Kemudian angkat sepasang demi sepasang dan menjemur di tempat yang panas. Lalu setrika sepasang demi sepasang dan membuka kainnya secara perlahan. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji ketahanan tarik, uji ketebalan, dan gramatur atau berat dasar kertas tisu.
Subscribe to:
Posts (Atom)